Suatu hari, saya
sedang membersihkan rumah. Tiba-tiba anak lelaki saya datang, ia masih kecil
waktu itu, ia menjatuhkan satu hiasan yang terbuat dari kaca, dan pecah.
Saya benar-benar marah
ketika itu. Karena hiasan itu amat mahal harganya. Ibu saya telah
menghadiahkannya dan saya amat menyukainya, maka saya menjaganya dengan amat
baik.
Karena terlalu marah, saya melontarkan
kata-kata: "semoga kamu tertimpa dinding bangunan dan tulang-belulangmu
hancur!"... Beberapa tahun berlalu, saya lupa akan doa itu, saya pun tak
menganggapnya penting, dan saya tidak tau bahwa ternyata doa itu telah naik ke
atas langit...
Anakku lelakiku itu
dan saudara-saudarinya yang lain semakin besar. Rasanya, dialah yang paling
saya cintai dari anak2ku yang lain. Dialah yang paling saya khawatirkan. Ia
pula yang paling berbakti kepadaku dibandingkan saudara/i nya yang lain. Dia
telah tamat belajar, bekerja, dan sudah waktunya untuk saya mencarikannya
pasangan... . . Ayahnya memiliki sebuah
gedung tua yang hendak direnovasi.